Hujan Pertama

"Waaahhh hujannya deras sekali.Harus segera menepi kalau gini caranya" Hujan pertama di tahun ini mulai turun.Tidak ada angin ataupun petir yang menyambar-nyambar seperti biasa,tapi rintik hujan yang deras membuat ku takut untuk meneruskan perjalanan pulang.Aku menepikan motor kesayangan yang ku beri nama si itam ini tepat di depan halte yang sepi.Sepi karena hanya ada seorang ibu dengan payung biru mudanya.Setengah kesal karena kehujanan ku bersihkan sisa noda yang menempel di baju ku,setelah itu mulai tenang melipat tangan di dada sambil melihat keheranan ke arah orang-orang yang dengan beraninya menembus hujan tanpa menggunakan mantel di tubuh mereka. "Aku dengar ada yang bicara.Papa mama ku punya cita-cita" Ku tekan tombol hijau di ponsel ku,lantas melihat siapakah gerangan yang menghubungi gadis yang kasihan dan kelaparan karena kehujanan ini. "assalamu'alaikum bu.Ada apa ?" Makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini adalah seseorang yang mendapatkan peringkat nomor satu dalam hal mengkhawatirkan ku.Dan aku begitu mengasihinya. "Aku sedang menepi di halte bu,masih jauh dari rumah.Aku lupa membawa baju plastik yang ibu sebut mantel itu.Nanti kalau hujan sudah reda,aku akan segera pulang dan menghubungi ibu.Sudah ya bu,disini ada banyak orang.Gak sopan kalau aku tak menghiraukan mereka.Assalamu'alaikum" Klik.Ku tutup pembicaraan dengan guardian angel itu sepihak. "Hiisshhh.Memang kebiasaan kalau bicara di telphon tak pernah mengecilkan sedikit saja volume suaranya.Jadii maafkan aku ya buu karena sudah berbohong" Aku bergumam sendiri sembari menatap ponsel ku dan membuangnya ke dalam tas ransel yang ku letakkan di samping kaki ku. "Kau itu tidak pernah berubah ya.Selalu saja punya beribu alasan untuk menolak bicara dengan seseorang yang tidak kau kehendaki" Sedikit kaget aku menoleh ke sumber suara. "Rizki ? Kau Rizki kan ?" "Ternyata kau masih mengingat ku Kaila.Bagaimana kabar mu?" Sejak kapan laki-laki ini ada disini,disamping ku ? Dan tunggu ! Apa yang dia katakan tadi ? "Dasar kau ini itik busuk.Apa maksut mu bilang aku tak pernah berubah ? Selalu punya beribu alasan agar tidak berbicara dengan orang yang tidak ku kehendaki ?" "Hahaha bahkan kau tetap saja pemarah seperti dulu Kaila" Aku menelan ludah terpaksa.Tidak menyangka akan berhadapan dengan teman lama ku yang selalu bisa mematahkan semua sanggahan ku jika berdebat dengannya. "Sejak kapan kau disini ? Dan apa kau dengar pembicaraan ku dengan ibu ku tadi ?" "Sejak kau mengangkat telephon. Yaaahhh begitulah.Aku tidak sengaja mendengar semuanya.Bagaimana kabar mu?" Sedikit melirik,aku tahu bahwa seorang ibu dengan payung birunya tadi memerhatikan kami denga seksama.Mungkin dia pikir Rizki mau menyakiti ku karena sikap keterkejutan ku akan kedatangannya yang berlebihan. "Aku baik.Kamu sendiri ?" "Aku juga baik.Kamu kuliah di daerah sini ?" "Iyya begitulah.Kamu sendiri ?" "Aku ingin mengunjungi paman ku.Sudah semester berapa?" Hujan pertama ini benar-benar deras.Tak sedikitpun menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. "Sudah semester tiga.Kamu kuliah atau bagaimana ?" "Aku kerja di perusahaan milik saudara ibu ku.Oh ya bagaimana dengan 3 sahabat mu yang lain?" "Mereka semua kuliah di Bandung.Di fakultas yang sama,hanya jurusannya yang beda.Mangkanya jangan pergi begitu saja,sekarang kamu kangenkan sama mereka" Sedikit ketus aku menjawab pertanyaannya yang satu ini.Mengingat betapa teganya dia pindah sekolah saat kami duduk di kelas dua SMA tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.Waktu yang dia berikan untuk mengucapkan salam perpisahan juga hanya setengah jam.Itu semua membuat ku sedikit marah mengingatnya. "Kamu tahu?Kami semua merasa kehilangan mu saat itu.Hiiisshhh seenaknya sekali kau pergi.Dasar otak kerbau" Rizki mengerutkan kedua alisnya hingga saling bertautan.Dan itu membuat ku sedikit saja takut.Sedikit ! "Kau masih ingat tidak saat hujan pertama waktu kita kelas satu SMA ?" Ingatan ku sedikit kacau untuk masalah yang ku kira sepele seperti ini. "Saat itu hujan deras dan petir bersautan bodoh.Kau tidak berani pulang.Terpaksa juga aku dan 3 sahabat mu tetap berada di depan kelas menunggu mu tenang.Ingatan mu payah sekali dari dulu" "Oh aku ingat.Aku mau bilang tapi keburu kau duluan" Mengusir rasa malu,aku mengedarkan pandangan ke arah kedai kopi yang berjarak kira-kira 2 meter dari tempat ku berdiri.Ada banyak pasangan disana.Hampir tidak ada satupun yang terlihat sendiri,semuanya bercakap-cakap.Dan tentunya gembira. "Kaila.." "Apa?" "Selain kamu makin cantik dan tinggi sepertinya tak ada lagi yang berubah.Kamu masih jadi anak pemarah,sedikit tomboy,seenaknya bicara,apa adanya,gak tahu malu,gak bisa diam,dan tentunya ingatn mu selalu saja payah" Sekali lagi aku terpaksa menelan ludah.Bingung harus bersikap bagaimana menghadapi laki-laki pesakitan ini. "Satu lagi.Kau masih suka berantem sama anak laki-laki kan ? Sekedar menguji kekerasan pukulan mu.Itu kata mu dulu" "Enak saja monyet ini bicara.Aku ini wanita muslimah yang taat beragama.Mana mungkin aku bertengkar dengan laki-laki" "Hey kau masih ingat bukan ? Saat aku bergurau mengatakan kalau sebenarnya kau memiliki kelamin yang sama dengan ku karena kau terlalu kasar dan tomboy,tangan kasar mu tanpa sopan santun mendarat di hidung mancung ku hingga mengeluarkan darah.Dan kau tak minta maaf sesudahnya" "Kau ini.Aku kan tidak salah.Saat kau meninggalkan kita dulu seharusnya ku patahkan saja kaki mu" Ibu yang membawa payung biru tadi melihat ke arah ku.Dengan tulus akupun tersenyum ke arahnya,lantas kembali menatap Rizki. "Hahaha iyya maaf sailor moon.Eh dulu waktu kita nunggu kamu tenang saat hujan pertama di kelas satu kita sambil mainkan ? Aku lupa kita memainkan permainan apa" "Itu bukan permainan.Dasar belut sawah.Kau sebutkan satu huruf,dan yang lain akan membuat sebuah pertanyaan dengan awalan huruf itu.Lantas satu persatu dari kita harus menjawabnya jujur di awali huruf yang kau sebutkan tadi" "Oh yaa ? Siapa dulu yang kalah ?" "Kau ini.Aku yang kalah,dan aku harus mentraktir kalian makan di kantin mak ijah 3 hari" Pura-pura merajuk,aku memalingkan muka kembali ke arah kedai kopi yang baru aku tahu namanya adalah "miracle" "Hahaha benarkah ? Memang benar nasib mu tak pernah mujur ya.Hahaha" "Duduk yuk La,kita bernostalgia kembali" Langkah ku mengikuti Rizki yang duduk di batang besi hijau halte.Tentunya setelah kita berbasa-basi dengan ibu yang membawa payung biru muda tadi.Setelah itu aku dan Rizki kembali bercerita tentang masa-masa yang pernah kita lalui bersama,Tentunya di cerita itu selalu saja aku yang di anggap bersikap memalukan.Tidak terasa sudah hampir dua jam kita bercerita dan bercanda.Hujanpun sudah mereda,walaupun masih mendung. "Nomor handphone kamu ganti La ?" "Enggak,coba saja sms.Pasti masuk.Eh aku mau pulang dulu ya mumpung sudah reda hujannya" "Kamu setiap hari pulang pergi ?" "Enggak.Aku pulang hari Kamis,berangkat lagi ke Surabaya kalau Minggu sore" "Oh..Ok hati hati ya,sampai rumah langsung ganti baju.Kerudung kamu masih basah itu,segera makan juga.Nanti setelah isya' aku telphon kamu tidak masalahkan?" Sembari mengambil tas ransel ku,ku acungkan jempol tangan kiri ku padanya.Ibu yang tadi sudah pergi sekitar 30 menit yang lalu dengan mengembangkan payung yang di bawanya.Aku pergi meninggalkannya yang masih berdiri di halte,membawa sekeping hati yang telah berubah rasa setelah bertemu kembali dengannya.Ada sebuah harapan yang kini tersimpan di dalamnya.Harapan akan datangnya cinta.Dan aku melihat harapan itu juga muncul di binar mata sahabat lama ku. Hujan pertama.Di tahun ini kau menambah satu lagi kenangan manis serta harapan yang senantiasa ku letakkan di tiap tetes bulir air hujan yang jatuh.

Komentar